Pakar Film BINUS Ungkap Faktor Agar Indonesia Bisa Raih Piala Oscar
Tepat pada 1 minggu yang lalu, ajang bergengsi Piala Oscar 2023 telah resmi digelar. Film Everything Everywhere All At Once berhasil menjadi film dengan perolehan piala Oscar terbanyak, di antaranya kategori Best Picture, Best Actress in A Leading Role yang diraih oleh Michelle Yeoh, dan juga kategori Best Actor in a Supporting Role yang diraih oleh Ke Huy Quan.
Momen kemenangan film Everything Everywhere All At Once ini turut menarik perhatian publik di seluruh dunia karena isu keberagaman dan juga representasi di industri perfilman, terutama representasi Asia di dalam industri perfilman Hollywood. Meski begitu, representasi Asia di ajang Piala Oscar 2023 ini bukanlah yang pertama terjadi. Hal inilah yang juga disampaikan oleh Pakar Film sekaligus Dosen Film Program BINUS UNIVERSITY, Ekky Imanjaya.
Dirinya menyampaikan bahwa pada beberapa tahun belakangan ini banyak bermunculan tagar atau hastag #OscarsSoWhite yang akhirnya secara perlahan mendorong keberagaman dalam nominasi hingga pemenang Piala Oscar.
“The power of medsos yang disampaikan melalui hashtag ini membuat insan perfilman people of color, termasuk Asia, semakin diapresiasi. Namun perlu diingat bahwa penentuan pemenang Oscar ini dilakukan secara voting oleh ribuan Academy Member, sehingga yang mereka pilih tentunya adalah apa yang menjadi top of mind mereka dan dari film-film yang mereka bisa akses dengan mudah yang akan mereka vote” Ungkapnya.
Ekky Imanjaya juga menyampaikan bahwa terdapat dua hal utama yang mendorong tumbuhnya representasi Asia dalam industri perfilman Hollywood yang pada akhirnya berhujung pada pernghargaan di ajang Piala Oscar. Pertama adalah representasi yang didapat dari para filmmaker serta aktor dan aktris yang membangun kariernya di Hollywood, seperti Michelle Yeoh dan Ang Lee. Lalu, cara yang kedua adalah melalui promosi dari film-film yang dibuat di dataran Asia ke kancah perfilman di Amerika Serikat dimana Hollywood berada.
“Nah, opsi yang kedua ini adalah cara yang dilakukan oleh film Parasite yang berhasil memenangkan kategori Best Picture Piala Oscar tahun 2020. Namun, cara yang kedua ini cukup berat memang karena Pemerintah Korea Selatan sendiri melakukan investasi besar-besaran untuk Parasite agar diputar di seluruh bioskop di Amerika Serikat. Sehingga, para juri dapat menonton dan akhirnya mem-voting” Ujar Ekky Imanjaya.
Lantas, bagaimana dengan representasi film-film Tanah Air di ajang internasional seperti Piala Oscar?
“Kalau dari Indonesia memang ada yang sudah masuk ke Hollywood. Namun masuknya secara sporadis, saya menyebutnya sebagai para alumni The Raid, seperti Iko Uwais dan juga Joe Taslim. Mereka sudah main di banyak franchise seperti Star Wars dan Fast Furious. Meskipun ada juga yang batal tampil, namun setidaknya sudah mulai masuk ke dalam Hollywood melalui franchise film box office” Ucap Ekky.
Menurutnya, saat ini perfilman Indonesia sendiri sudah semakin baik kualitasnya. Beberapa film-film garapan filmmaker Indonesia kerap kali dinominasikan dan bahkan menjuarai ajang festival Film bergengsi di berbagai negara di dunia. Salah satu contohnya adalah film Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak yang berhasil masuk dalam nominasi Directors’ Fortnight Art Cinema Award di Cannes Film Festival serta film Autobiography yang berhasil meraih penghargaan Orizzonti and Parallel Sections di Venice Film Festival.
“Banyak film-film Indonesia yang menang dalam festival film internasional, kecuali Oscar. Karena Oscar itu unik memang, Oscar bukan ajang internasional melainkan di Amerika Serikat saja sebenarnya. Pemilihnya bukan dari banyak negara tapi hanya dari Amerika Serikat saja. Sehingga apabila film Indonesia ingin menang, memang kita harus jor-jor-an untuk distribusi di bioskop-bioskop Amerika Serikat” Ungkap Ekky.
Oleh sebab itu, Ekky Imanjaya menyampaikan bahwa secara kualitas, perfilman Indonesia sudah bisa beradu dengan film-film negara lainnya. Namun, dari segi investasi untuk distribusi harus ditingkatkan agar kans untuk menang dalam ajang Piala Oscar semakin besar. Selain itu, kualitas dari lulusan jurusan Film juga harus dibina dengan berbagai program dan exposure dari pelaku industri perfilman internasional.
“Di Film Program BINUS UNIVERSITY sendiri kita memiliki Enrichment Program yang memberikan kesempatan magang di studio-studio film multinasional, bahkan sekarang sudah ada lulusan-lulusan yang bekerja di studio-studio seperti NBCUniversal. Kita juga sering mendatangkan berbagai ahli perfilman sebagai guest lecture supaya mahasiswa dapat memahami langsung kondisi dalam industri saat ini” Ungkapnya
Saat ini Ekky merasa optimis bahwa perfilman Indonesia akan semakin maju seiring dengan representasi yang kian masif dan juga kemajuan yang pesat dari segi pendidikan dan kualitas perfilman. Kedepannya, diharapkan para lulusan Film program dapat semakin meningkat daya serapnya ke dalam industri dan juga mendukung industri perfilman Indonesia semakin maju di kancah internasional.